Dalam hidup pasti banyak hal yang dilakukan pertama kali, makan yang pertama, minum yang pertama, sahabat pertama, cinta pertama, sakit hati yang pertama hingga bahagia yang pertama. Tapi kita manusia takkan pernah mengingat semua ini dengan jelas, kecuali kita punya ingatan fotographi (seperti Meg di Dan Detective School).
Barangkali yang kita ingat hanya beberapa, biasanya ingatan yang paling membahagiakan atau ingatan paling menyakitkan.
Megumi Minami (Meg) Detective School Q |
Dan ini pertama kali postinganku di blog ini, menggunakan mobile alias handphone. Gak ada yang istimewa, namun karena pertama kali tak ada salahnya menjadi bahan tulisan. Sejujurnya tulian ini untuk sekedar tes aplikasi ini. Oh iya.. Karena aku menggunakn hp berbasis Android jadi aplikasi Blogger ini bisa didapat dari Playstore terdekat, dan dikenakan biaya kusyung rupiah alias gratis.
Aplikasi Blogger dari Playstore (View from PC) |
Kemarin baru aja dengerin curhat seseorang yang udah seperti adik. Dia merasa kesal, dia punya sahabat dekat, aku lihat mereka punya hubungan baik. Sahabatny tipe anak pendiam, manis berwajah lemah lembut, sedangkan adikku berwajah juga cantik namun tipikal cewek ceria, yang supel bergaul. Dan, seperti pertemanan pada umumnya pasti juga sering ada cekcok, namun yang dikesalkan adik ini adalah ketika mereka bertengkar, bahkan dengan jelas itu salah si kawan, namun dengan muka manis dan berwajah innocent, dia dapat sekejap membuat si adik seolah sang penjahat dan dia sang gadis teraniaya. Namun, tentu adikku ini tak dapat berbuat apa-apa, karena tentu tidak ada yang percaya dengannya.
Karena cerita dia, aku jadi teringat beberapa cerita memuakkan yang tetap kuingat. Dan akan mulai kutulis satu persatu, kali aja yang tertulis ikut membaca. (tapi, demi kenyamanan bersama nama akan aku samarkan hahahhah)
Dalam hidup seringkali kita merasakan hal yag tidak adil, yah itu sih pasti.. Karena itu kan salah satu cobaan hidup. Tapi, aku pernah baca salah satu quote dari Raditya Dika yag kira-kira gini "Kau merasa hidup ini tidak adil, Tapi orang lain juga merasa hidup ini tidak adil, bukankah itu adil??". Kata-kata sederhana yang punya makna indah menurutku.
*Waktu aku SD, pernah suatu kali ada kejadian kehilangan buku matematika di dalam kelas, pemilik buku itu sebut saja namanya tri , dan si tri ini bercerita padaku jika dia curiga yang mengambil bukunya adalah si wardahh. Saat itu, aku berfikir mungkin saja itu terjadi, karena sebelumnya si wardahh juga pernah mencuri penghapusku(karena aku menangis, dlalu dikembalikanny). Dan saat aku SD dulu, kekerasan dalam sekolah (dari guru terhadap murid) masih hal biasa, karena takut dikira tidak membawa buku, maka si tri mulai gelisah, dan datanglah si pahlawan sok kesiangan yang menyebalkan bernama ardi, dan akhirnya aku bercerita tentang kejadian buku si tri yang hilang hingga si wardahh sebagai tersangka. Dan kejadian berlanjut, saat dimulai pelajaran matematika si tri melapor bahwa bukunya hilang, maka sang guru pun mulai dengan lantang menanyakan apakah ada yang melihat buku tri, dan kejadian tidak terduga terjadi si ardi tunjuk tangan, dan mengatakan "Buk, kata wiwiek si wardahh yang mencuri buku si tri". Dan bisa dibayangkan betapa bingungnya aku, apalagi si wardahh langsung menatapku dengan tatapan marah karena aku menudihnya tanpa bukti. Untungnya guruku seperti tau kondisi, tidak memperdulikan omongan si ardi. Dan bisa ditebak, si wardahh marah besar padaku, saat pulang sekolah dia memberi aku surat, aku lupa isinya, pokoknya dia marah dab menanyakan kenapa aku menuduhnya, apa ada buktinya. Dan aku pun hanya bingung, bagaimana menjawabnya. Keesokannya, sebelum pelajaran dimulai ternyata ibunya si citra mendatangiku, walaupun dengan nada marah tapi beliau cukup baik karena menanyakan terlebih dahulu "KENAPA KAU MENUDUH SI WARDAHH YANG MENGAMBIL BUKU SI TRI" saat itu masih SD wajar aku takut, jadi aku menjawab "Bukan gitu maksudnya tante" dan mungkin beliau mengerti aku takut, dengan cukup bijak dia bilang" Lain kali, jangan begitu, gak boleh nuduh-nuduh orang sembarangan". Yah seperti anak-anak pada umumnya, kami mulai melupakan (entah pura-pura melupakan) dan bermain kembali.
*Waktu aku SD, pernah suatu kali ada kejadian kehilangan buku matematika di dalam kelas, pemilik buku itu sebut saja namanya tri , dan si tri ini bercerita padaku jika dia curiga yang mengambil bukunya adalah si wardahh. Saat itu, aku berfikir mungkin saja itu terjadi, karena sebelumnya si wardahh juga pernah mencuri penghapusku(karena aku menangis, dlalu dikembalikanny). Dan saat aku SD dulu, kekerasan dalam sekolah (dari guru terhadap murid) masih hal biasa, karena takut dikira tidak membawa buku, maka si tri mulai gelisah, dan datanglah si pahlawan sok kesiangan yang menyebalkan bernama ardi, dan akhirnya aku bercerita tentang kejadian buku si tri yang hilang hingga si wardahh sebagai tersangka. Dan kejadian berlanjut, saat dimulai pelajaran matematika si tri melapor bahwa bukunya hilang, maka sang guru pun mulai dengan lantang menanyakan apakah ada yang melihat buku tri, dan kejadian tidak terduga terjadi si ardi tunjuk tangan, dan mengatakan "Buk, kata wiwiek si wardahh yang mencuri buku si tri". Dan bisa dibayangkan betapa bingungnya aku, apalagi si wardahh langsung menatapku dengan tatapan marah karena aku menudihnya tanpa bukti. Untungnya guruku seperti tau kondisi, tidak memperdulikan omongan si ardi. Dan bisa ditebak, si wardahh marah besar padaku, saat pulang sekolah dia memberi aku surat, aku lupa isinya, pokoknya dia marah dab menanyakan kenapa aku menuduhnya, apa ada buktinya. Dan aku pun hanya bingung, bagaimana menjawabnya. Keesokannya, sebelum pelajaran dimulai ternyata ibunya si citra mendatangiku, walaupun dengan nada marah tapi beliau cukup baik karena menanyakan terlebih dahulu "KENAPA KAU MENUDUH SI WARDAHH YANG MENGAMBIL BUKU SI TRI" saat itu masih SD wajar aku takut, jadi aku menjawab "Bukan gitu maksudnya tante" dan mungkin beliau mengerti aku takut, dengan cukup bijak dia bilang" Lain kali, jangan begitu, gak boleh nuduh-nuduh orang sembarangan". Yah seperti anak-anak pada umumnya, kami mulai melupakan (entah pura-pura melupakan) dan bermain kembali.
*Kejadian ini waktu aku SMP.
Aku bukan tergolong siswa yang pintar banget, cenderung biasa. Dan aku punya teman sebangku yang pintar, dia jadi juara umum kedua di sekolah. Aku sering merasa guru kelasku tagak sensi padaku, tapi yahhh memang gurunya bertampang sangar maklum perawan tua. Karena aku merasa guruku, seperti menyepelekanku aku jadi termotivasi untuk belajar sehingga dalam bebeeapa waktu aku sering menjadi penjawab pertanyaan beliau. Dan tibalah waktu ujian, karena aku berada dikelas unggulan, jadi ujian itu benar-benar gak ada yang berani menyontek. Dan kebetulan, ada salah satu pertanyaan umum yang diberikan sang guru yaitu "Jelaskan resep dan cara membuat telur asin!" (saat itu kami sedang belajar cara menulis artikel, iklan, resep dll di media cetak). Kebetulan banget, aku suka membaca, dan resep membuat telur asin itu pernah aku baca di buku milik sepupuku, saat aku berkunjung ke rumahnya, jadi dengan lancar aku menulis jawabannya. Dan teman sebangkuku tak tau, bahkan dia mencoba mengintip jawabanku (meski cuma sampai resep), sebenarnya aku bukan orang yang pelit waktu ujian tapi berhubung temanku ini agak pelit waktu ujian, yahhh aku juga balas dengan pelit hhahahah. Dan di akhir aku dapat nilai sempurna, dan apa yang kudapat..... Temanku bernama jaya justru berkata "Halah....si wiwiek nyontek nya itu sama sebangkunya" dan dia mengatakan itu di depan teman sebangkuku, dan yang menyebalkan teman sebangkuku saat itu hanya diam. Saat itu kecewa sih, tapi berhubung teman sebangkuku itu baik, ya dengan sekejap aku memafkannya, dan menganggap kisah ini hanya masa lalu..
Oh iya, tentang guruku yang perawan tua itu akhirnya aku menyadari kalau dia memang sensi amaku, tapi entah apa sebabnya. Sehabis ujian kami ada acara ucapan terima kasih terhadap guru, nah si guru biasanya minta "UANG TERIMA KASIH", dan di awal si guru mengatakan tidak menetapkan besarnya uang terima kasih itu. Di hari H sebelum acara, kami ngumpul-ngumpul di salah satu gedung tidak terpakai di sekolah, dan entah siapabyang memulai terlontar kata-kata "KAU NGASIH UANG TERIMA KASIH BERAPA?", dan salah satu temenku ada yang mengatakan dia memberi 30rb, saat itu aku diberi orangtuaku 50rb, temanku itu berkata "KAN GAK DIPATOKKAN KASIH BERAPA, KATA MAMAKU 30Rb ITU CUKUP", Nah.. Aku merasa kata-kata dia ada benarnya, jadi aku mengatakan "AKU 30Rb JUGALAH" akhirnya banyak teman-teman yang sependapat memberi 30Rb.
Seminggu setelah acara, kami datang lagi ke sekolah (Aku lupa untuk apa, sepertinya penandatanganan berkas gitu), dan ternyata guruku si Perawan Tua itu marah-marah. Aku lupa detailnya intinya dia mengatakan 30rb itu tidak pantas sebagai uang terimakasih (padahal di awal tidak ditetapkan dia nominalnya berapa), dan dia heran mengapa banyak siswa yang memberi amplop 30rb. Lalu dia mengatakan berita mengejutkan bahwa seorang murid namanya CHRISTI (INI NAMA ASLI, AKU MASIH MEMBENCIMU) melaporkan kepada ibunya bahwa ada teman yang memaksa dia memberikan 30rb untuk uang terimakasih, jika tidak dia akan ditampar (Saat guruku mengatakan itu, dia sesekali melirikkku, aku pikir itu perasaanku saja). Dan akhirnya guruku itu merasa kami tidak menghargai jasa dia karena cuma diberi uang terimakasih, setelah acara di kelas berakhir kami pun mulai pamit bersalaman satu-persatu denag tertib. Dan tiba dia bersalaman denganku, to the point dia menanyakan "KAMU YANG MENGANCAN KRISTY?" arrggghhh..rasanya terkejut banget dan dengan refleks aku mengatakan "enggak, bukan saya buk" dan ibu guru itu mengabaikan apa yang kukatakan dan lanjut menyalami murid yang lain. MENYEBALKAN.. BERENGSEK.. entah apa yang kurasakan saat itu (Bahkan, sampai sekarang aku masih membencinya) dia tidak menanyai murid yang lain, hanya aku.. Hamya aku.. Apa bedanya dengan menuduhku... Dia guru tapi tanpa sedikitpun kebikakan dia memperlakukanku seperti itu.
Bahkan, saat reunian teman-teman mengajak aku ke rumahnya, dan dengan tegas kukatakan TIDAK, aku masih membencinya.
Maaf, mungkin kau guruku yang baik, jujur ilmu yang kau berikan sangat berguna, tapi kejadiaan ini gak bisa aku lupakan.
*Kalau cerita yang ini waktu aku SMA, dan ini juga masalah "HADIAH TERIMA KASIH". Waktu aku SMA saat kelas XI aku pernah menjadi ketua kelas sehingga aku akrab dengan semua guru, bahkan hingga aku kelas XII para guru masih akrab bahkan sering mengira aku masih ketua kelas (saat kelas XII ketua kelas berganti, namun guru yang memgajar mayoritas sama). Nah, saat itu kami mengumpulkan uang terimakasih untuk guruku, awalnya guruku minta handphone baru (Saat itu, umum guru minta hadiah terimakasih), jadi saat itu kami sepakat membelikan HP dibawah harga sejuta, namun berita ini terdengar guru-guru lain, sehingga guruku jadi bahan sindiran ketika rapat guru (Masalah hadiah ini sebenarnya rahasia, tapi salah satu teman sekelasku menceritakannya pada guru lain). Alhasil, guruku mengatakan pada kami bahwa dia tidak mau hadiah terimakasih berupa HP, terserah kami saja. Tapi, beberapa waktu setelahnya dia memanggilku dan teman sebangkuku yang dianggap dia sebagai orang kepercayaannya. Saat itu dia menanyakan, apakah hadiah untuk beliau sudah dibeli, dan hadiah apa yg akan kami belikan. Kebetulan, hadiah belum dibeli kami merencanakan membelikan jaket kulit, dan sahabatku si Tiwi adalah sang bendahara yang memegang uang untuk pembelian hadiah. Beliau lalu mengatakan, dia menginginkan uang itu dibelikan hp saja, lalu kami pun bingung, kenapa begitu dan bagaimana menjelaskan kepada teman-teman yang lain. Beliau menjawab bahwa dia mau hp, dan katakan saja kepada teman-teman yang lain hadiah sudah langsung diberikan kepada dia, nanti dia akan mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang lain.
Beberapa hari kemudian kami membelikan HP untuk sang guru, lupa detail harganya, namun uang itu tidaj kami korupsi hanya menambahkan uang ongkoa pembelian saja. Esoknya kami memberikan hp itu langsung ke guru saya, dia mengucapkan terimakasih, dan dia mengatakan bahwa saya harus mengatakan kepada teman sekelas bahwa hadiah sudah dibelikan, dan dia akan datang setelahnya untuk mengucapkan terimakasih. Kembali ke kelas, saya pun menyampaikan apa yang dikatakan guru saya tersebut. Sontak, teman-teman marah dan menanyakan kenapa saya tidak menunjukkan terlebih dahulu kadonya, kenapa harus dikasih sendiri. Saya pun menjelaskan beberapa alasan yang tentu tidak dapat diterima mereka dengan mudah. Namun, tak berapa lama sang guru datang dan mengucapkan terima kasih, teman-teman pun mulai menutup mulutnya. Namun itu tak berlangsung lama, Nisa and The gang mulai jadi kompor dan teman-teman mulai menuduhku korupsi, cari muka, penjilat dkk.. Bahkan salah satu teman yang cukup dekat juga ikut mengataiku di belakang.
Karena kesal aku melaporkan hal ini kepada guru, dan sontak guruku mendatangi kelasku dan mengatakan (agak lupa), intinya"Dia sudah menerima kadonya, dan dia yang menyuruh saya langsung menyerahkan hadiah kepadanya, dia menegaskan bahwa saya dan tiwi tidak korupsi, dan dia juga mengatakan di kelas ini tidak ada yang dia percayai selain saya dan citra" alhasil semua teman-teman terdiam (mungkin mengutuki saya dalam hati). Akhirnya teman-teman menerima kejadian ini, mungkin ada yang mengetahui kebenaran ceritanya (aku menceritakan kebenaran cerita kepada salah satu sahabatku, mungkin dia menyampaikannya).
Kayaknya kebanyakn curhat masa lalu...
Ya sudahlah .. Ini semua masa lalu.. Kalau temanku ada yang baca, dan terkait dengan cerita ini, inilah kejadian yang sebenarnya terjadi....
Namanyapun hidup, ga semua kebenaran akan tampak.
See yaaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar